Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, mau tak mau kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut seperti pepatah bilang ‘tak kenal maka tak sayang’.
Ada banyak referensi yang bisa kita rujuk agar kita bisa mengenal lebih detail terhadap bahan kimia. Sumber informasi bahan kimia tersebut antara lain dari :
Informasi dari produsen yang bisa dalam bentuk buku katalog bahan/CD, misalnya dari produsen Merck, JT Baker, BDH, dll.
Literatur / buku tentang Health and Safety.
Material Safety Data Sheet (MSDS).
Informasi dari buku katalog umumnya berisi informasi umum (nama dan komposisi), sifat fisik & kimia serta simbol bahaya. Sedang informasi MSDS didapat secara up to date dengan download dari berbagai sumber.
Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga jangan sampai berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan. Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
Kontrol temperatur
Perbandingan dan konsentrasi reaktan
Kemurnian bahan
Viskositas media reaksi
Kecepatan penambahan bahan
Pengadukan
Tekanan reaksi atau distilasi
Bahaya radiasi
Bahaya padatan yang reaktif
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Reaksi dekomposisi
Komposisi, struktur & reaktivitas kimia
Bahan-bahan kimia tidak kompatibel
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
Mudah meledak (explosive)
Mudah menyala (flammable)
Pengoksidasi (oxidizing)
Berbahaya (harmful)
Korosif (corrosive)
Bersifat iritasi (irritant)
Beracun (toxic)
Karsinogenik
Teratogenik
Berbahaya bagi lingkungan
Reaksi dekomposisi
Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.
Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
CN2 ( senyawa diazo )
C – NO ( senyawa nitroso )
C – NO2 ( senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
Kontrol temperatur
Perbandingan dan konsentrasi reaktan
Kemurnian bahan
Viskositas media reaksi
Kecepatan penambahan bahan
Pengadukan
Tekanan reaksi atau distilasi
Bahaya radiasi
Bahaya padatan yang reaktif
Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
Identifikasi bahan di masing-masing lab.
Perhatikan MSDS
Pahami prosedur penanganan
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut : Jenis Asam
Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium.
Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang flammable dan combustible.
Asam asetat adalah cairan flammable.
Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2dan gas nitrosyl chloride yang toksik.
Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida.
Pisahkan Asam dan Basa
Jenis Basa (Bases)
Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik
Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium
Pelarut (Flammable dan combustible)
Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent
Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain
Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll
Pengoksidasi
Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable
Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format
Sianida
Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap Air
Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air
Siapkan Racun api kelas D didekatnya
Bahan Piroforik
Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin
Berikan tambahan seal yang kedap udara
Light-Sensitive Chemicals
Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.
Bahan pembentuk peroksida
Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable
Pisahkan dari pengoksidasi dan asam
Bahan Beracun
Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya
Pergunakan sistem keamanan yang memadai
Tempat cairan
Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume.
Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium.
Chemical Storage Cabinets
Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk untuk penyimpanan asam dan basa.
Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids
Tidak ada komentar:
Posting Komentar